“Sudahlah, Mawar! Kita sudah tak bisa bersatu lagi!”
“Maksud kakak apa?!
“Saya tahu kamu sudah selingkuh dengan teman lama kamu itu!”
“Kak, tidak mungkin saya selingkuh! Saya masih punya iman! Saya juga sekarang lagi hamil tua, Kak. Kakak tega tinggalkan saya dengan keadaan seperti ini!”
“Kenapa tidak?! Toh, yang ada di perut kamu itu juga bukan anak aku!”
“Kak..............”
Sayup-sayup kudengar pertengkaran hebat kedua orangtuaku malam ini. Dari semua pertikaian hebat sebelumnya, mungkin kali ini adalah yang terhebat dari yang terhebat. Sepersekian menit berikutnya yang kudengar hanya tangis merana ibu dan bunyi pecahan beling yang memang sengaja dihempaskan bapak ke lantai. Malam ini, amarah bapak telah mencapai ketinggian seratus ribu kilometer di atas permukaan laut. Ya, menurutku.
